Usus Halus, Penyaring Sari Makanan
Imam Adz Dzahabi menguraikan bahwasannya bagian pertama dari usus halus dinamakan al-Itsna ‘asyr (usus dua belas jari) atau biasa disebut duodenum, kemudian bagian kedua disebut usus shaim (usus puasa) atau biasa disebut jejunum. Bagian terakhir disebut usus yang panjang melingkar halus yang disebut al-lafayifi atau ileum (usus penyerapan).
Adapun penciptaan usus halus yang berbentuk sedemikian rupa bukanlah
tanpa makna. Ibnu Sina berkata, “sesungguhnya Allah karena perhatiannya
kepada manusia menciptakan usus yang banyak jumlahnya dan berbelit-belit
agar makanan dapat turun dari lambung, sedangkan perut pangkal segala
penyakit.”
Sesungguhnya fungsi usus adalah sebagai alat pencerna dan menyerap
hasil pencernaan makanan berbentuk cair yang berasal dari lambung.
Sementara itu sistem pencernaan dibagi ke dalam empat tahapan besar,
yaitu saluran pencernaan bagian atas dengan jalur dari mulut hingga
kerongkongan.
Lalu saluran pencernaan bagian tengah terdiri atas lambung dan usus
dua belas jari. Saluran pencernaan bagian di bawah usus dua belas jari,
terdiri dari usus kecil yang melingkupi usus puasa dan usus penyerapan.
Bagian terakhir adalah bagian yang tergabung pada usus besar hingga
anus.
Pada tahap awal makanan dikunyah dan dicampur dengan air liur untuk
mencairkan materinya menjadi lebih berair dengan pelumasan dan menjadi
setengah cair. Oleh karenanya pencernaan di bagian ini bersifat
plegmatik (balgham) atau dingin dan lembab. Pelumasan makanan diperlukan karena semua reaksi pencernaan berikutnya harus terjadi dalam media cair.
Setelah dicacah oleh gigi dan dilumasi air liur kemudian makanan akan
ditelan melalui kerongkongan dengan mudah. Setelah melewati
kerongkongan makanan akan menuju lambung.
Dalam lambung pencernaan bersifat kolerik (panas dan kering), karena di dalamnya terdapat satu bagian dari empedu kuning yang disebut al-mirrah ash-shafra,
yaitu berwujud asam lambung. Sebagian besar pemecahan nutrisi menjadi
sari makanan yang lebih halus terjadi di lambung. Di lambung juga
berbagai makhluk yang membahayakan seperti bakteri parasit dan
sebagainya dimusnahkan.
Makanan yang telah dilumatkan kemudian akan mengalir sebanyak 70 sentimeter kubik (cc) melalui lubang pintu keluar yang disebut bhawwab.
Ketika sejumlah kecil makanan masuk ke usus dua belas jari, katup
pilorik akan tertutup sampai makanan cair tersebut dinetralkan oleh
getah usus dua belas jari, getah pankreas dan cairan empedu yang
bersifat basa.
Getah pankreas dan cairan empedu berasal dari saluran empedu dan
saluran pankreas masuk ke dalam usus dua belas jari pada suatu lubang
yang disebut ampula hepatopankreatika, atau ampula ateri, yaitu sepuluh
sentimeter dari katup pilorik.
Dalam usus dua belas jari juga terdapat beberapa kelenjar khas yang
dikenal sebagai kelenjar Brunner dimana kelenjar ini menghasilkan cairan
kental bersifat alkali (basa) agar lapisan usus dua belas jari
terlindungi dari pengaruh isi lambung yang asam. Oleh karenanya
keseimbangan antara asam dan basa merupakan kunci untuk fungsi yang
sehat dari usus dua belas jari.
Usus dua belas jari rentan terhadap penyakit yang bersifat kolerik
(panas dan kering), dikarenakan pengaruh asam lambung serta empedu.
Umumnya menyebabkan perlukaan dan jika empedu hitam ikut terlibat, borok
cenderung kronis seperti pada kasus demam tifoid kronis. Selain itu
perlukaan juga dapat menyebabkan terganggunya saluran empedu, pankreas
atau mengakibatkan rasa mual.
Sementara itu isi usus yang cair akan dijalankan oleh serangkaian
gerak bergelombang yang memompa dengan cepat. Setiap gerakan lamanya
satu detik dan antara satu gerakan ada istirahat beberapa detik. Gerakan
berupa segmental dan gerakan pendulum.
Gerakan segmental berperan memisahkan satu bagian makanan di usus
dari beberapa bagian lainnya agar bisa dicerna dan diserap. Oleh
karenanya terdapat bagian kosong di usus puasa (jejunum). Sementara
gerakan pendulum menyebabkan isi usus bercampur dengan empedu yang
berasal dari hati dan getah pankreas dari pankreas.
Atas peran berbagai getah pencerna, yaitu ludah, getah lambung, getah
pankreas, dan sukus enterikus, maka berbagai bahan makanan dapat
disederhanakan hingga akhirnya dapat diserap. Adapun makanan yang telah
dicerna dan siap diserap, mencapai akhir usus kecil dalam waktu sekitar
empat jam.
Sedangkan penyerapan makanan yang telah dicerna utamanya dilakukan di
usus penyerapan (ileum) melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler
darah dan saluran limfe (getah bening) di vili (jonjot usus), yakni
sebelah dalam permukaan usus halus yang bekerja seperti pompa pendorong.
Setelah memasuki kapiler darah di vili, sari-sari makanan akan melalaui
vena portal ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Imam Adz Dzahabi menyebutkan bahwasannya di antara lambung dan hati
terdapat urat-urat, di dalamnya makanan sampai dari lambung kepadanya,
ini adalah makna sabda Nabi ﷺ:
“Lambung adalah kolamnya badan sedangkan urat-urat mengalir kepadanya.”
Setelah melewati hati, sari-sari makanan akan diubah menjadi beberapa
jenis darah untuk menutrisi organ tubuh dan lain sebagainya.
Oleh karenanya Imam Adz-Dzahabi berkata, “lalu hati menyedot apa yang
paling bagus dalam makanan dengan urat-urat itu lalu dimasak dengan
masakan lain sehingga menjadi darah, apabila menjadi darah dikirimkan ke
setiap organnya yang dapat mencukupinya dan apa yang dituntut oleh
wataknya, dan makanan yang menyusul terdorong ke usus dengan yang paling
baiknya dan sisanya terdorong seperti itu juga.”
Di samping itu beliau berkata, “ketahuilah bahwa pencernaan perut
besar memiliki sisa (ampas) air seni, empedu hitam (dari limpa) dan
empedu kuning, maka Maha Suci Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang
Pencipta, Pembuat dan Pembentuk.”
Oleh karenanya ampas hasil pencernaan yang tidak diserap oleh usus
halus akan dipilah ke dalam usus besar melalui katup ileosekal. Kemudian
ampas makanan tersebut dipengaruhi oleh cairan melankholik (mirrah ash-sauda’)
yang bersifat pengkelat, sehingga tinja yang telah mencapai kolon
desenden (sebelah kiri) menjadi pejal dikarenakan hilangnya unsur air,
karena diserap kembali oleh tubuh dan pengeringan oleh unsur tersebut.
Demikianlah Allah menciptakan usus halus dengan sedemikian bentuk
agar dapat bekerja dengan sangat baik, Maha Besar Allah dengan segala
ciptaannya. Merugilah orang-orang yang merusak ususnya dengan memasukkan
makanan secara berlebihan. Wallahu A’lam
Disari dari Tabloid Bekam Edisi 15 (Usus Sehat Tifus Lewat)