Senin, 22 Januari 2018

Putus Mata Rantai Ilmu Titisan

Bu Ramting tidaklah sendirian. Ada banyak kisah serupa yang kita temukan dari pasien ruqyah yang diterapi di Ghoib Ruqyah Syar'iyah. Para pasien itu tidak pernah mempelajari ilmu kesaktian dengan berbagai fariannya. Mereka juga tidak melakukan tirakatan, atau lelakon apapun.
Tapi mereka adalah korban. Ya, korban atas apa yang dilakukan oleh leluhur mereka yang pernah memperdalam ilmu kesaktian. Mereka dipaksa untuk menjadi penitisan jin yang mereka katakan sebagai khadam, tanpa dimintai persetujuan.
Mau atau tidak, mereka adalah pewaris ilmu titisan. Sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat oleh leluhur mereka. Itu adalah perjanjian dengan syetan yang ujung-ujungnya menyeret ke jurang kehancuran.
Menilik pada keseluruhan kisah, sesungguhnya kemampuan itu bukanlah karamah atau maunah, karena setelah menyembuhkan pasien patah tulang, justru salah satu keluarganya ada yang menjadi korban berikutnya. Mereka mengalami kecelakaan.
Keahlian itu adalah titisan dari leluhur Bu Ramting, yang diakuinya ahli urut. Masalahnya mengapa kemudian keluarganya menjadi tumbal? Bisa jadi karena ada persyaratan-persyaratan tertentu yang belum dilunasi. Sehingga syetan yang telah membantu Bu Ramting meminta ganti yang lain.
Menurut orang pintar lainnya, keahlian Bu Ramting pada akhirnya akan menitis pada anak-anaknya. Buktinya, sejak kecil, kedua anaknya bisa melihat makhluk ghaib yang tidak bisa dilihat orang lain. Dengan kata lain, pada diri kedua anaknya sudah ada jin yang menyertai mereka.
Keberadaan jin dalam diri manusia tidaklah menguntungkan manusia itu sendiri. Karena sejak semula mereka telah mengikrarkan diri sebagai musuh yang akan mengajak mereka ke dalam neraka. Bukalah lembaran al-Qur'an dalam surat al-Hijr ayat 34. Syetan berikrar, "Dan aku akan menyesatkan mereka semua."


Lalu, apa yang perlu dilakukan untuk memutus mata rantai ilmu titisan itu? Sebelumnya, perlu ditegaskan di sini, bahwa Islam tidak mengenal dosa warisan. Allah berfirman, "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." Az-Zumar: 7) Kesalahan orangtua yang telah melakukan perjanjian dengan syetan bukan berarti anaknya harus menanggung kesalahan yang sama. Anaknya tidak harus mematuhi perjanjian itu. Terlebih itu adalah perjanjian dengan syetan yang harus dibatalkan demi hukum syariat.
Beberapa langkah memutus mata rantai ilmu titisan
1. Perkuat diri dengan akidah yang shahih. Perjanjian itu dengan syetan, maka setiap anggota keluarga harus menghiasi diri dengan akidah yang shahih. akidah yang lurus dan tidak menyimpang. Syetan akan lari dan menjauh dari seorang mukmin yang shahih akidahnya. Kisah Umar bin Khathab bisa dijadikan rujukan. Syetan tidak berani berpapasan jalan dengan Umar. Syetan akan menempuh jalan lain, bila Umar melewati lorong tersebut. 
2. Ikhlas beribadah karena Allah semata.
Sejak dinyatakan sebagai makhluk yang sesat dan akan menghuni neraka Jahannam, Iblis telah memplokamirkan diri sebagai musuh manusia. Ia senantiasa berjuang mati-matian untuk menyesatkan mereka. Dengan berbagai cara. Hanyalah orang-orang yang mukhlis dalam beribadah yang selamat dari godaannya. Perhatikan surat al-Hijr ayat 39-40. 
"Iblis berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semua. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (QS. Al-Hijr: 39-40)
Disebut sebagai mukhlis bila seseorang berbibadah hanya mengharap ridha Allah. Bukan karena orang lain.
Selanjutnya, masalah ilmu titisan itu tidak hanya terkait dengan orang yang sudah akil baligh. Anak-anak yang masih belum terbebani taklif dan belum bisa melakukan penjagaan terhadap dirinya juga tidak terlepas dari serangan ilmu titisan. Dalam keadaan demikian, anak-anak sangat rentan menjadi bulan-bulanan syetan.
Kisah Ibu Ramting dengan kedua anaknya mempertegas pernyataan ini. Mereka menjadi pelajaran berharga bagi setiap orangtua. Dalam hal ini tanggung jawab utama untuk mengikis ilmu titisan atau secara lebih umum gangguan syetan itu dibebankan kepada kedua orangtuanya. Islam telah memberikan beberapa langkah yang bisa ditempuh
Yang pertama adalah, melakukan penjagaan dari gangguan syetan sejak melakukan hubungan badan. Artinya sejak proses pertemuan antara sperma dan sel telur belum terjadi kedua orangtua sudah melakukan tindakan prefentif sehingga bila Allah menakdirkan lahirnya keturunan dari proses tersebut, sang anak tidak terganggu oleh syetan. Sebelum berhubungan bacalah doa.
بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya, "Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari syetan dan jauhkan syetan dari (keturunan) yang Engkau karuniakan kepada kami."
Lanjutan hadits mengatakan bahwa orang yang membaca doa tersebut, maka anak yang dilahirkan dari persetubuhan itu tidak akan diganggu syetan. Dalam kitab Nailul Authar 3/183 dijelaskan beberapa penafsiran dari hadits ini. Pertama, dikatakan bahwa anak tersebut tidak akan kesurupan. Kedua, ada yang berpendapat jasadnya tidak akan diganggu komitmennya dalam beragama. Ketiga, syetan tidak akan menyertai suami dalam menyetubuhi istrinya.
Kedua, orangtua membacakan doa perlindungan kepada anak cucunya.
Tengoklah kisah istri Imron yang difirmankan Allah dalam surat Ali Imran ayat 36. Dikisahkan bahwa istri Imran senantiasa berdoa kepada Allah agar anak dan cucunya terhindar dari gangguan syetan.
 وَإِنِّيْ أُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
"Dan aku memohon perlindungan untuknya serta keturunannya kepada Engkau (Allah) dari syetan yang terkutuk."
Berkat doa yang dilantunkan istri Imran tersebut, maka Maryam dan Isa terhindar dari tusukan syetan, kala mereka terlahir ke dunia. Di saat bayi-bayi yang terlahir ke dunia tak satupun lepas dari tusukan syetan.
Dalam kontek lain, Rasulullah mengajarkan doa yang seharusnya dibaca setiap orangtua agar anak-anaknya terlindung dari gangguan syetan.
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala (ganggaun) syetan, binatang yagn berbisa dan pandanga mata yang menimpanya."
Dalam riwayat Bukhari dikatakan bahwa doa ini pula yang senantiasa Nabi Ibrahim untuk kedua anaknya, Ishak dan Ismail.
Ilmu titisan, madharatnya lebih banyak dari manfaatnya. Kalaupun toh ada manfaatnya yang nampak di depan mata, sesungguhnya itu adalah bagian dari upaya syetan untuk mempecundangi sang pewaris ilmu titisan dan orang-orang di sekitarnya. Karena itu waspadalah sebelum terlambat.
Bedah Kesaksian Majalah Ghoib Edisi 71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar