Rabu, 21 September 2022

MARAKNYA PEREBUTAN KEPEMIMPINAN YANG BERUJUNG PENYESALAN

“Sesungguhnya kalian akan saling berambisi untuk meraih kepemimpinan, sedangkan kalian akan menyesal kelak pada hari kemudian. Maka berbahagialah orang yang dan celakalah orang yang …”

 

Takhrij Hadits:

Hadits Shahih diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan An-Nasaai serta Imam Ahmad dari Abu Huraerah radhiallahu ‘anhu.

 

Kenyataan yang diramalkan:

Pesta pemilu anggota legislatif baru saja usai. Pesta dengan anggaran trilyunan rupiah itu telah menghasilkan para anggota legislatif yang baru yang katanya berjanji akan berusaha mengeluarkan bangsa Indonesia dari keterpurukan dan krisis yang berkepanjangan. Beberapa parpol menyatakan kecewa dengan hasil pemilu kali ini, bukan hanya karena mereka meraih suara kecil tapi juga karena mereka merasa kecewa dengan proses pemilu yang katanya masih penuh dengan kecurangan-kecurangan bahkan di antara mereka banyak yang menuntut diadakan pemilu ulang meski  itupun bukan jaminan akan bersih dari kecurangan.

Sekarang kita kembali disibukkan dengan pemilu kedua yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden yang diperkirakan juga tidak kalah serunya. Buktinya proses penghitungan suara belum saja selesai beberapa parpol sudah kasak kusuk mencari dan mengusulkan calonnya.

Acara “silaturahmi” para tokoh jadi lebih sering dari biasanya. Masyarakat pun bingung melihat tingkah laku para politisi kita. Mereka yang biasanya tampak berseberangan sekarang saling bersalaman dan berangkulan.

Memang, kursi presiden tampaknya merupakan kursi yang sangat keramat dan mahal. Kursi itu banyak membuat orang buta dengan kebenaran sehingga menghalalkan segala cara. Kursi ini juga menjadikan orang hilang akal sehatnya sehingga kawan dan lawan bisa dengan cepatnya berganti. Mereka pun rela berkorban apa dan berapa saja asal bisa jadi presiden. Mereka mengira menjadi presiden adalah puncak ketenaran dan kesejahteraan serta kekuasaaan.

 

Hadits di atas sedikit mengingatkan kita dan mereka yang ambisius terhadap kekuasaan betapa berbahayanya kursi kepemimpinan itu. Semakin besar cakupannya semakin besar pula resiko yang dikandungnya. Kekuasaan yang terkandung dalam kepemimpinan bisa menjadi bumerang yang sangat mengancam. Tidak heran kalau para shahabat sangat takut diamanahi suatu kepemimpinan karena mereka sadar sangat sedikit orang yang diberi kepemimpinan yang mampu menunaikan amanah itu dengan baik. Tidak sedikit di antara mereka yang menganggap ini sebagai musibah bukan nikmat  bahkan beberapa di antaranya menangis karena takut. Agama kita pun melarang seseorang untuk meminta kekuasaan dan melarang kita memilih orang yang berambisi untuk memimpin. Dalam Islam kita dilarang meminta kepemimpinan tapi kalau diamanahi wajib ditunaikan.

Semoga bangsa kita dikaruniai pemimpin yang menganggap kepemimpinan sebagai beban  amanah yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab bukan sebagai kesempatan untuk menyejahterakan diri sendiri dan kroni-kroninya semata. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar